Hidup terlihat tidak adil untuk wanita ini, namun ia begitu kuat dan masih tetap tersenyum


10 May 2012,
kamis sore di dalam sebuah rumah,seorang gadis muda terlihat serius mendengarkan seorang wanitia yang hampir berusia ¾ abad itu bercerita
berbicara tentang bagamana ia menjalani hidup,

hal yang kembali menguatkan dirinya, bahwa ia harus kuat dan bahagia

Wanita tua tersebut bercerita,..
 saya besar dengan ibu,.. orang tua bercerai dan kemudian hilang komunikasi dengan sang ayah. Setiap hari saya diolok-olok oleh teman dan jarang ada yang mau berteman dengan saya. Saya mencuri perhatian mereka dengan berprestasi saya menjadi juara kelas dan bersamaan dengan itu teman-teman mendekat. Saya mengerti maksud mereka, mereka tidak tulus, selagi saya berprestasi mereka mendekat, bila tidak mereka menjauh dengan segera. Sakit hati ini tidak bisa terlampiaskan dengan bebas, lagi-lagi saya teringat ibu yang begitu keras bekerja, pekerjaan ibu yang menggunakan tenaga tersebut melelahkan, haruskah aku bebani ibu lagi?
wanita tersebut mendesah perlahan
..ia melajutkan cerita

ketika memasuki sekolah menengah, ternyata saya  sadar..berprestasi tidak terlalu penting, yang paling penting adalah eksis menjadi popular tuntutan untuk dipertimbangkan selalu menghantui, namun bagaimana caranya?haruskah saya ikut kumpulan gadis-gadis eksis yang  bergaya dengan pakaian yang modis, pergaulan bebas dan larut malam menjadi hal biasa?
TIDAKK!!!! saya sudah 17 TAHUN,..selama itu pula ada wanita yang telah hampir remuk tulangnya dan mati rasa karena terus bekerja agar anaknya mendapatkan hidup yang layak nantinya.
Gadis muda tersebut mengenggam erat tangan wanita tua tersebut.
saya memutuskan jadi gadis biasa, sangat biasa prestasi saya pertahankan agar mendapat beasiswa. Saya ingat bagaimana saya terus menghindar bila ada teman yang mengajak jalan-jalan, bahkan saya menolak permintaan lelaki yang ingin menjalani hubungan dengan saya, saya belum bisa menerima bila ada lelaki yang masuk kedalam kehidupan saya, saya sudah nyaman dengan ibu dan akan terus nyaman..(pemikiran saya saat itu, hingga saya menemukan kasih yang telah ditetapkan ALLAH SWT kepadaku)

Gadis muda itu mulai tersenyum centil ketika wanita tua tersebut menyebut kata
 KASIH”….
Saya mengenalnya masa sekolah dulu, ia lelaki yang baik dan lembut selain itu ia sangat bertanggung jawab. Singkat cerita ia mampu membuat saya yakin untuk mengenalkannya pada ibu, dengan mantap aku menikah dengannyaBismillahirrahmanirrahim.

Ya, saya percaya kebahagian pasti akan ibu dapatkan, saya berharap memiliki kesempatan bahagia itu bu,
. gumam gadis tersebut.
Kebahagian itu lengkap sudah ketika saya telah mendapatkan karir sebagai guru disebuah sekolah menengah dan suami sebagai dosen di sebuah universitas pendidikan terkemuka di kota X ini, lepas beban ibu saya, senang dapat membahagiakan beliau. Saya menjalani biduk rumahtangga dengan begitu romantis dan ketiga anak saya pun tumbuh besar dengan kebahagian yang sempurna, jauh dari kehidupan kecil saya dahulu, namun.. (wanita tersebut diam sejenak, menundukkan muka dan kemudian bangkit lagi, kali ini sedikit terlihat muram) kebahagian itu tidak lama, pada saat anak keempat lahir, saya dihadapkan oleh masalah serius.

Masalah serius? Apa itu bu? Gadis tersebut bertanya lagi
Suami saya adalah dosen, bekerja di kantor dan bertemu banyak wanita yang lebih muda. Saya menyadari kelemahan saya yang telah menjadi tua dan berumur 40an, tidak ada daya tarik  di waktu muda saya tidak pernah tahu bagaimana berdandan, menjaga badan ,dan perawatan wanita lainnya. Yahhh hanya mengenal bedak dan lipstick saja, itupun karena tututan pekerjaan dan suami. Waktu dulu saya hanya percaya (walaupun bukan jebolan pesantren dan ilmu agama hanya pas makan) Allah telah tetapkan jodoh saya, tidak perlu memakai kosmetik yang menghabiskan uang hanya untuk memikat lelaki .Saya tersadar bahwa hal tersebut tidak dapat diabaikan, yaaa..tersadar disaat darurat, saat rumah tangga di ujung tanduk. Saya mulai berfikir.apakah saya akan mengulang kisah ibu saya dahulu? Apakah benar tindakan saya diam beberapa bulan ini? Ya, saya tidak mau mengulang cerita perceraian tersebut, saya mulai mengintropeksi diri. Sejalan proses intropeksi itu, tiba-tiba saya mulai merasakan sakit yang begitu hebat, sakit dibagian persendian dan (maaf) bagian vital kewanitaan. Saya mencoba berobat, namun dokter tidak dapat mendiagnosa dengan tepat. Saya benar-benar lelah, semenjak itu pula saya menjadi lumpuh bahkan tidak mampu berbicara dengan tepat. Saya kalut dan hanya yang SATU tempat yang tepat untuk mengadu, Allah Sang Pencipta Pemilik Semesta Sakit ini membuat saya semakin dekat dengan-Nya, dan saya sangat bersyukur.

Gadis tersebut bertanya lagi,
 Saat ini terlihat sudah sehat, bagaimana ceritanya bu?
Yaahh dalam masa sakit, suami tetap melakukan usaha pengobatan, namun disaat yang sama ia berikan hati ini sakit yang begitu dalam dengan sebuah perselingkuhan, yasaya bersyukur perselingkuhan itu tidak sampai pada hubungan fisik yang begitu dalam, hanya sebatas goda menggoda (pengakuannya). Saya berusaha sabar dan meminta dengan sangat kepada suami untuk tidak melakukannya lagi namun saya gagal. Daya pikat WIL suami lebih hebat dibandingkan saya yang sakit dan renta ini. Disaat mulai putus asa dan mulai ikhlas dengan kondisi ini, beberapa orang datang ke rumah dan mengatakan bahwa sakit saya adalah pemberian orang, dan ia membantu mengobati saya. Sejumlah paku, silet dan benda tajam lainnya keluar dari lutut, siku, dan tempat-tempat lainnya. Saya tidak mau percaya, namun itu terjadi pada saya dan saya melihat langsung keadaannya Orang tersebut mengingatkan bahwa yang mengirimkan sesuatu tersebut adalah wanita yang tengah dekat dengan suami saya.

ahhh apa mungkin orang pintar itu menerka dari cerita tentang suami ibu? Ujar gadis muda tersebut
Saya tidak pernah bercerita kepada siapapun tentang kondisi rumah tangga saya dan saya terpaksa percaya. Dengan perlahan tapi pasti, saya mulai bisa berjalan kembali. Kali ini saya pastikan hati, saya langkahkan kaki menuju kantor suami hari itu saya membuat keputusan besar dalam hidup saya, saya meminta sebuah perceraian itu adalah keputusan terbaik, tohselama ini tidak ada perubahan yang dilakukan oleh suami demi kebaikan hubungan ini. Setiba di kantornya, di depan para dosen lain dan beberapa karyawan dengan terbata-bata saya sampaikan niat saya. Suami terkejut dan malu, tentu saja ia menolak.ia menyuruh saya pulang dan mendinginkan kepala. Setiba di rumah, suami meminta penjelasan dan saya dengan tegas mengatakan bahwa saya tidak masalah bila harus diceraikan, masalah kehidupan saya nantinya sudah ada jaminan pekerjaan. Suami saya menolak menceraikan, ia tetap bertahan dengan wanita lemah ini dan semakin tua akibat sakit.  Berulang kali saya lakukan hal yang sama, berulang kali ia menolak hingga saya lelah dan berhenti meminta cerai dan pada akhirnya saya jalankan kehidupan, saya menyerahkan segalanya kepada Allah, biarlah mungkin ini sudah takdir hidup saya.

Lalu akhirnya bagaimana bu?, tanyanya lagi
Yaah,
 kehidupan rumah tangga kadang baik kadang buruk, naik turun. Saya dan suami telah mulai tua memasuki usia 60an, kami memperbaiki diri, saya sadari hal ini tidak mudah karena saya tahu bahwa aroma perselingkuhan itu masih ada namun saya berpura tidak tahu dan tidak menanggapi, saya harap suami saya akan sadarYa, sekarang kami sudah semakin tua oleh usia dan penyakit, berobat dan mengikuti terapi dan menciptakan kebahagiaan ini walaupun ada luka di sini, di hati.
saya tidak kecewa dengan takdir-Nya yang telah ditetapkan untuk saya, hidup saya memang telah diatur demikian, saya terus perbanyak syukur
.Insya Allah, Kebahagian sebenarnya akan saya dapatkan, toh sebelumnya, saya telah merasakan nikmatnya pernikahan…”
Wanita tua tersebut menutup pembicaraan dan berkata pada gadis tersebut,
 Jadilah wanita yang tangguh, dan jangan pernah jauh dari Allah,…”
Gadis tersebut menjawab, Ya, bu saya telah belajar dari beberapa wanita hebat, ibu saya, anda, dan wanita lain yang mengalami masa-masa sulit tersebut!
Gadis tersebut pamit pulang, di perjalanan ia mengadahkan kepala melihat langit dan bergumam dalam hati
 sore ini begitu berharga,…”

Thanks Allah,… masih diberi kesempatan untuk belajar kehidupan,jangan pernah hilang dari hatiku… Karena disaat titik terendah, hanya Engkau yang mampu membangkitkan kembali jiwa yang hampir mati…



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

World, meet new sher nu....

Cinta dalam Hati